Kematian, suatu hal yang ditakuti oleh setiap orang bahkan oleh anak kecil sekalipun. Memang secara naluri semua makhluk yang bernyawa pasti takut dengan kematian, karena sangat identik dengan rasa sakit yang diderita ketika akan meninggal atau yang biasa disebut sakaratul maut. Tapi sudah sejauh mana kita sebagai muslim mengetahui hakikat atau makna dari mati yang sebenarnya?
"Seseungguhnya seorang hamba yang mukmin ketika berpisah dengan dunia, dan menuju ke akhirat (meninggal), maka akan turun kepadanya malaikat berwajah putih dari langit, yang wajah mereka itu laksanan matahari. mereka datang dengan membawa kafan dari surga, kemudian mereka duduk bersama dengan orang mukmin itu dalam jarak pandangan mata, yang kemudian disusul dengan datangnya malaikat maut seraya duduk di dekat kepala orang mukmim tadi. Kemudian malaikat maut pun berkata keluarlah engkau wahai jiwa yang tenang, keluarlah engkau menuju kasih saynag dan keridhaan Tuhanmu! Maka keluarlah nyawa (ruh) orang mukmin itu seperti tetesan gerimis dari langit." {Hadist diriwayatkan oleh Imam Ahmad bersumber dari al-Bara bin Azib 4/287}
Al-Imam al-Harist al-Mahasibi dalam kitabnya "al-Ri'yah li Huquq Allah" meriwayatkan, sesungguhnya Allah pernah bertanya kepada Nabi Ibrahim as. :"Wahai kekasihku, bagaimana engkau mendapatkan kematian?" Nabi Ibrahim menjawab: "Saya mendapati kematian sebagaimana daging terpanggang yang diletakkan dalam bulu wol yang basah kemudian ditarik". Allah berfirman: "Sesungguhnya kami telah memudahkan proses pencabutan ruh itu atas kamu wahai Ibrahim."
Diriwayatkan bahwa ketika ruh Nabi Musa as. telah sampai kepada Allah, Allah bertanya kepadanya "Wahai Musa, bagaimana engkau mendapati kematian?" Nabi Musa menjawab: "Saya mendapati diriku seperti burung hidup yang digoreng dalam penggorengan, tidak bisa mati, lalu istirahat, namun tidak dapat selamat, dan kemudian terbang." Syahr bin Husib berkata. Suatu ketika Rasulullah ditanya tentang sakitnya proses kematian, maka beliaupun bersabda: "Sesungguhnya mati yang paling mudah adalah seperti halnya duri yang ada dalam bulu wol. Maka adakah duri itu dapat keluar dari wol melainkan bersama-sama dengan bulu wol itu juga?"
Syahr berkata ketika kematian menjemput Amr bin Al-Ash, salah satu anak laki-lakinya berkata kepadanya: "Wahai ayah, engaku pernah berkata kepada kami. Mudah-mudahan aku menjumpai seorang lelaki cerdik dan banyak akal, yang mau bercerita kepadaku tentang kematian saat kematian datang kepadanya. Ayah,... saya menemukan justru engkaulah lelaki itu, maka ceritakanlah kepadaku bagaimana kematian itu!"
Amr bin Al-Ash berkata: "Wahai anakku, demi Allah, sungguh lambungku ini seolah-olah berada di dipan, dan aku seolah-olah bernafas dengan selang (jarum) beracun. Aku merasakan kematian itu seolah-olah duri yang ditarik mulai dari telapak kaki sampai ubun-ubun."
Nabi SAW telah bersabda: "Sungguh nyawa seorang mukmin akan keluar dengan menetes, sedang nyawa orang kafir akan keluar dengan mengalir, seperti mengalirnya nyawa keledai. sesungguhnya orang mukmin yang melakukan kesalahan maka akan sangat sakit keluarnya nyawa dari jasadnya, agar rasa sakit itu dapat menghapus kesalahannya, seang orang kafir yang melakukan kebaikan, maka akan terasa mudah keluarnya nyawa itu ketika kematiannya sebagai balasan akan kebaikan yang dilakukan (di dunia ini, sedang di akhirat akan celaka). {Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Na'im dalam al-hiliyat Jilid V, halaman 59}.
Malaikat itu menjawab: Fulan.
Kematian hanyalah proses berpindahnya manusia dari suatu kondisi kepada kondisi yang lain, dimana dalam perpindahannya itu ada proses berpisahnya ruh dengan jasad yang artinya kendali ruh atas jasad terputus. Bagaimanapun, sesungguhnya seluruh anggota badan ini hanyalah alat yang dapat dipekerjakan oleh ruh. Walaupun demikian, ruh dapat mengetahui segala sesuatu dengan dirinya sendiri meskipun tanpa bantuan satu alat pun. Oleh karena itu, dengan sendirinya ruh dapat merasakan sakit karena adanaya segala macam bentuk kesedihan, kegundahan, dan kegelisahan. Sebaliknya ruh juga dapat merasakan kenikmatan dengan adanya segala bentuk kegembiraan dan kebahagiaan, yang semua itu tidak bergantung kepada berbagai alat.
Diamnya jasad karena mati sama dengan tidak bergeraknya beberapa anggota tubuh orang sakit karena penyakit parah yang harus diamputasi, yang menghalangi berperannya ruh di dalamnya, sehingga ruh hanya dapat mempergunakan sebagian anggota tubuh, sedangkan bagian yang lain akan menolak perintahnya. Bagian tubuh yang teramputasi juga lama-kelamaan akan membusuk karena tidak lagi ada nutrisi yang dialirkan melalui darah oleh jantung.
Jadi, kematian merupakan proses berpisahnya jiwa dari badan, yang kemudian musnah dan jism pun akan rusak setelah berpisahnya jiwa, sementara jiwa (ruh) ia tidak akan pernah rusak, karena ia memang diciptakan sebagai sesuatu yang kekal.
Allah telah mengabarkan bahwa ruh itu akan naik ke langit, dan para malaikat Allah yang ada di antara langit dan bumi akan mengucapkan selamat kepadanya. Allah swt. juga telah menjelaskan bahwa pintu-pintu langit akan dibukakan untuk ruh tersebut, sehingga ia akan naik dari satu langit ke langit yang lain.
Al-Qur;an sendiri telah menginformasikan tentang arwah kaum Fir'aun, dengan menyatakan: "Sesungguhnya arwah para kaum Fir'aun itu akan ditampakkan di atas neraka pada pagi dan petang sebelum hari kiamat."
Telah dijelaskan pula mengenai orang-orang yang mati syahid bahwasannya mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan senantiasa mendapatkan rezeki. Abu Daud meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ia berkata Rasulullah saw. telah bersabda:
"Ketika teman kalian tertimpa musibah pada saat perang Uhud, Allah menjadikan arwah-arwah mereka berada di rongga burung yang berwarna kehijau-hijauan yang senantiasa terbang ke mata air surga, dan memakan buah-buahan surga, serta selalu menghampiri bejana-bejana yang terbuat dari emas yang tergantung di bawah naungan arsy. Ketika mereka merasakan wanginya makanan dan minuman mereka, mereka pun berujar: 'Siapakah yang dapat menyampaikan berita tentang kami kepada teman-teman kami bahwa kami hidup di surga dengan senantiasa mendapatkan rezeki, agar mereka merindukan jihad dan tidak lari dari medan pertempuran?' Mendengar itu, Allah pun berfirman: 'Saya yang akan mengabarkan semua ini kepada mereka.' Maka Allah menurunkan Surat Ali-Imran 169-170:
وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (١٦٩)
فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (١٧٠)
Artinya:
"(160) Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. (170) Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
Bagaimana Kematian Itu Terjadi?
Rasulullah menjawab pertanayaan ini melalui sabdanya dalam hadist di bawah ini:"Seseungguhnya seorang hamba yang mukmin ketika berpisah dengan dunia, dan menuju ke akhirat (meninggal), maka akan turun kepadanya malaikat berwajah putih dari langit, yang wajah mereka itu laksanan matahari. mereka datang dengan membawa kafan dari surga, kemudian mereka duduk bersama dengan orang mukmin itu dalam jarak pandangan mata, yang kemudian disusul dengan datangnya malaikat maut seraya duduk di dekat kepala orang mukmim tadi. Kemudian malaikat maut pun berkata keluarlah engkau wahai jiwa yang tenang, keluarlah engkau menuju kasih saynag dan keridhaan Tuhanmu! Maka keluarlah nyawa (ruh) orang mukmin itu seperti tetesan gerimis dari langit." {Hadist diriwayatkan oleh Imam Ahmad bersumber dari al-Bara bin Azib 4/287}
Al-Imam al-Harist al-Mahasibi dalam kitabnya "al-Ri'yah li Huquq Allah" meriwayatkan, sesungguhnya Allah pernah bertanya kepada Nabi Ibrahim as. :"Wahai kekasihku, bagaimana engkau mendapatkan kematian?" Nabi Ibrahim menjawab: "Saya mendapati kematian sebagaimana daging terpanggang yang diletakkan dalam bulu wol yang basah kemudian ditarik". Allah berfirman: "Sesungguhnya kami telah memudahkan proses pencabutan ruh itu atas kamu wahai Ibrahim."
Diriwayatkan bahwa ketika ruh Nabi Musa as. telah sampai kepada Allah, Allah bertanya kepadanya "Wahai Musa, bagaimana engkau mendapati kematian?" Nabi Musa menjawab: "Saya mendapati diriku seperti burung hidup yang digoreng dalam penggorengan, tidak bisa mati, lalu istirahat, namun tidak dapat selamat, dan kemudian terbang." Syahr bin Husib berkata. Suatu ketika Rasulullah ditanya tentang sakitnya proses kematian, maka beliaupun bersabda: "Sesungguhnya mati yang paling mudah adalah seperti halnya duri yang ada dalam bulu wol. Maka adakah duri itu dapat keluar dari wol melainkan bersama-sama dengan bulu wol itu juga?"
Syahr berkata ketika kematian menjemput Amr bin Al-Ash, salah satu anak laki-lakinya berkata kepadanya: "Wahai ayah, engaku pernah berkata kepada kami. Mudah-mudahan aku menjumpai seorang lelaki cerdik dan banyak akal, yang mau bercerita kepadaku tentang kematian saat kematian datang kepadanya. Ayah,... saya menemukan justru engkaulah lelaki itu, maka ceritakanlah kepadaku bagaimana kematian itu!"
Amr bin Al-Ash berkata: "Wahai anakku, demi Allah, sungguh lambungku ini seolah-olah berada di dipan, dan aku seolah-olah bernafas dengan selang (jarum) beracun. Aku merasakan kematian itu seolah-olah duri yang ditarik mulai dari telapak kaki sampai ubun-ubun."
Nabi SAW telah bersabda: "Sungguh nyawa seorang mukmin akan keluar dengan menetes, sedang nyawa orang kafir akan keluar dengan mengalir, seperti mengalirnya nyawa keledai. sesungguhnya orang mukmin yang melakukan kesalahan maka akan sangat sakit keluarnya nyawa dari jasadnya, agar rasa sakit itu dapat menghapus kesalahannya, seang orang kafir yang melakukan kebaikan, maka akan terasa mudah keluarnya nyawa itu ketika kematiannya sebagai balasan akan kebaikan yang dilakukan (di dunia ini, sedang di akhirat akan celaka). {Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Na'im dalam al-hiliyat Jilid V, halaman 59}.
Apakah Akal Manusia Akan Berubah Karena Kematian?
Akal manusia tidak akan berubah, meskipun dengan datangnya kematian,
sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh berbagai nash. Yang akan berubah
hanyalah badan dan anggota tubuh, sehingga orang yang mati akan tetap berakal,
dapat mengetahui sesuatu, serta dapat merasakan sakit maupun nikmat sebagaimana
adanya. Tidak ada yang berubah sedikitpun dari akalnya.
Dalil yang menunjukkan tentang hal ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh
'Atha bin Yasar: Sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda kepada Umar bin
Khattab:
"Wahai Umar, apa yang akan kamu lakukan ketika kamu meninggal, lalu
kaummu bergegas mengukurmu tiga dzira' dan sejengkal, lalu membawamu kembali
dan memandikanmu, mengkafankanmu serta membalsem tubuhmu, kemudian mengusungmu
dan meletakkan kamu ke dalam liang kubur, lalu mereka meninggalkanmu, dan
kemudian datang kepadamu dua malaikat pembawa fitnah kubur, Munkar dan Nakir,
yang suara mereka berdua seperti petir yang menggelegar, dan pandangan mereka
adalah seperti kilat yang menyambar, yang mereka itu sedang memusatkan
perhatian dan menyelidik kubur bersama para wakil-wakil mereka, dan mereka
membuatmu takut dan ciut nyali, maka bagaimana kamu ketika itu Umar? Umar balik
bertanya: Apakah ketika itu saya masih tetap mempunyai akal seperti sekarang
ini? Rasulullah menjawab: Ya! Maka Umar pun berkata: "Kalau begitu saya
akan mencukupkan tuan sebagai jaminanku terhadapa mereka." {Hadits
diriwayatan oleh Ibnu al-Dunya dalam kitabal-Qubur, dan al-Baihaqi dalam
al-I'tiqad min wajh shahih}.
Dari Ibnu Umar, bahwasannya Rasulullah saw. telah bercerita tentang
berbagai fitnah kubur, maka Umar pun bertanya: Apakah akal-akal kami akan
dikembalikan kepada kami wahai Rasulullah? Rasul menjawab: Ya seperti keadaan
kalian sekarang." Umar berujar: "Cukuplah dengan mulut yang
berbatu." {dalam shahih al-targhib wa al-tarhib, Jilid 4, dengan sanad
yang hasan}.
Maksud ucapan umar dengan mulut yang berbatu, adalah dengan mulut malaikat
yang tajam laksana batu. Umar menucapkan hal itu adalah untuk menunjukkan baik
sangka terhadap Tuhan bahwa ia akan mampu memberikan jawaban dengan baik kepada
malaikat penanya.
Sakaratul Maut dan Sakitnya Kematian
Dengan melihat pentingnya kejapan kematian dalam berbagai tahap perpindahan
manusia dari satu kondisi ke kondisi lain, Al-Qur'an merasa perlu untuk
memberikan penjelasan langsung mengenai hal tersebut melalui banyak
ayat-ayatnya. Ada beberapa ayat yang menjelaskan tentang kejapnya proses
kematian, misalnya firman Allah dala surta al-Waqi'ah 83.
(فَلَوْلا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ (٨٣
Artinya: "Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan."
Atau juga dalam surat al-Qiyamah ayat 26.
(كَلا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ (٢٦
Artinya: "Sekali-kali jangan! Apabila nafas seseorang telah (mendesak) sampai ke kerongkongan."
Juga firman Allah dama surat Qaf ayat 19.
(وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ (١٩
Artinya: "Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya."
Selain firman-firman Allah seperti tersebut di atas, ada juga beberapa hadits yang menjelaskan tentang kejapnya kematian, sakaratul maut, dan puncak sakitnya kematian, yang diantaranya adalah sabda Rasulullah saw. "Terapi malaikat kematian itu lebih sakit dibandingkan dengan tusukan seribu pedang, dan tiada seorang mukmin pun yang meninggal, melainkan setiap keringat yang keluar darinya merasakan sakit atas sabetan benda tajam." {Hadits diriwayatkan oleh Abu Na'im dari 'Atha nin Yasar, dalam al-Hiliyat jilid 8, halaman 201}.
Berkenaan dengan sakaratul maut, Aisyah telah menceritaan hal yang berkaitan dengan saat-saat meninggalnya Rasulullah saw, dengan menyatakan: "Rasulullah telah meninggal dengan berada di antara perut dan dagu saya, maka saya tidak lagi benci sakitnya kematian yang terjadi atas seseorang setelah kematian Rasulullah." {Hadits diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab al-maghazi bab sakit dan wafatnya Nabi saw}.
Aisyah juga berkata "Pada saat menjelang wafatnya, di hadapan Rasulullah saw ada bejana besar yang berisi air, maka beliau pun memasukkan tangannya ke dalam air dan membasuh wajahnya dengan air itu, seraya bersabda: 'Tiada Tuhan selain Allah, sesungguhnya kematian mempunyai saat-saat sekarat.' Kemudian Rasulullah saw meluruskan tangannya seraya bersabda: 'Semoga aku tetap dalam naungan kasih sayang yang paling tinggi', sampai kemudian dicabutlah nyawa beliau sedang tangan beliau menjulur ke depan." {Diriwayatkan oleh Imam Bukhari juga dalam "Shahih Bukhari" dalam kitab al-raqaq bab sakarat al-maut}.
Lihatlah bagaimana sakaratul maut demikian hebat terjadi atas diri al-habib al-musthafa, Nabi Muhammad saw, sedang dia adalah seorang nabi dan rasul, lalu bagaimana dengan manusia biasa?
Sakitnya sakaratul maut yang terjadi atas diri Nabi Muhammad saw, dan juga para nabi dan rasul lainnya menganduh faedah yang agung, yaitu hendaklah semua makhluk mengetahui perkiraan sakitnya kematian, dan hendaklah mereka mengetahui bahwa sakitnya kematian itu adalah bersifat bathini, meskipun sebagian ulama dalam berbagai kitab mukhtashar lebih menonjolkan bahwa tidak terlihat gerakan dan juga kegaduhan dalam proses meninggalnya Rasulullah, dan justru melihat mudahnya keluar ruh di sana. Yang demikian itu menyebabkan mereka menyangka tentang mudahnya proses kematian, padahal mereka tidak mengetahui hakikat yang terjadi dalam diri seseorang yang mengalami kematian. Ketika para nabi yang dapat dipercaya dalam pemberitaan mereka menjelaskan tentang sakitnya kematian, meskipun mereka adalah orang-orang yang dimuliakan oleh Allah dan diringankan atas mereka proses kematian yang sedang dirasakan dan dialami oleh orang yang sedang mengalami kematian, berdasar berita dari orang-orang yang jujur itu, yakni para nabi dan rasul. Kecuali untuk para syahid yang terbunuh oleh orang kafir.
Ketika ada sebagian orang yang bertanya: Bagaimana sampai para nabi dan rasul yang merupakan para kekasih Allah mengalami kesakitan dan sekarat ini, padahal Allah adalah Maha Kuasa untuk meringankan hal itu atas mereka?
Jawabannya adalah sesungguhnya orang yang paling diuji Allah di dunia ini adalah para nabi, kemudian orang-orang semacamnya, dan seterusnya, sebagaimana yang terdapat dalam hadits shahih.
"Maka Allah swt berkehendak menguji mereka untuk menyempurnakan keutamaan mereka dan mengangkat derajat mereka di sisi-Nya, bukan sebagai kekurangan dan siksaan bagi mereka, tapi justru adalah merupakan suatu kesempurnaan dan keluhuran bagi mereka. Karena bersamaan dengan keridhaan mereka atas segala hal yang telah Allah perlakukan atas mereka itu, justru Allah berkehendak untuk menetapkan atas mereka berbagai kesulitan proses kematian itu, padahal kalau Allah mau, bisa saja Allah mempermudah ddan meringankan proses kematian tadi. Yang demikian itu adalah untuk semakin mengangkat derajat mereka dan memperbesar pahala meraka sebelum kematian mereka."
Allah benar-benar telah menguji Nabi Ibrahim dengan api Nabi Musa dengan ketakutan yang luar biasa dan perjalan melarikan diri dari Fir'aun, Nabi Isa dengan kegersangan dan ketandusan, serta Nabi Muhammad dengan kefakiran di dunia ini dan peperangan yang menegangkan dengan orang-orang kafir. Semua itu adalah dalam rangka mengangkat martabat dan meninggikan derajat mereka. Jadi semua itu tidak boleh dipahami bahwa Allah menimpakan kesulitan atas mereka, melebihi kesulitan yang ditimpakan-Nya kepada para pendosa yang selalu membangkang terhadap Allah, sebagai siksaan atas mereka, dan sebagai balasan atas dosa-dosa mereka. Jelas tidak ada sisi kesamaan antara kesulitan yang ditimpakan terhadap para nabi dan rasul dengan kesulitan yang ditimpakan Allah kepada orang-orang pendosa dan pembangkang.
Setiap makhluk akan mengalami sakaratul maut ini ketika kematian datang menjemputnya. Tidak ada bedanya antara bangsawan dan rendahan, antara jasmani dan ruhani semua akan minum seteguk dari "gelas kematian" itu, dan tercekik dengannya. Allah swt berfirman dalam surat Ali Imran ayat 185:
(كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ (١٨٥
Artinya: " Setiap yang bernyawa akan merasakan mati."
Kabar Gembira Malaikat Untuk Orang Mukmin dan Ancaman Mereka Terhadap Orang Kafir Pada Saat Datangnya Kematian
Malaikat akan turun ketika ajal manusia telah tiba. Mereka akan memberi kabar gembira kepada orang beriman dengan bisyarah (karunia) yang baik-baik, sebagaimana mereka memberi ancaman orang kafir dengan bermacam siksa yang paling pedih, sebagai balasan dan pemenuhan janji Allah terhadap mereka. Allah telah berfirman dalam surat Fushilat 30.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ ٣٠
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan 'Tuhan kami ialah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu."
Adapun mengenai ancaman malaikat terhadap orang-orang kafir ketika menghadapi kematian, Allah telah berfirman dalam surat al-An'am 93.
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ ٩٣
Artinya: "Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): 'Keluarkanlah nyawamu.' Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya."
Rasulullah telah bersabda: "Ketika ruh seorang mukmin telah keluar dari jasadnya, maka malaikat akan menyambutnya dan membawanya naik (ke langit)." Hammad berkata Rasulullah selanjutnya menuturkan wanginya bau nyawa itu serta menyebut wanginya misk dengan bersabda:
Penghuni langit pun berkata: wahai ruh mewangi yang datang dari permukaan bumi, Allah menyampaikan salam-Nya kepada kamu dan kepada jasad yang kamu tempati. Maka berangkatlah malaikat dengan ruh itu menghadap Allah, dan kemudian Allah pun berfirman kepada malaikat bawalah ia ke sidratil muntaha. Selanjutnya Rasulullah bersabda: Sesungguhnya orang kafir apabila ruhnya telah keluar dari jasadnya, -Hammad menuturkan: Rasulullah menyebutkan ruh mereka sebagai berbau busuk dan terlaknat-, maka penghuni langit akan berkata kepadanya: Wahau ruh menjijikan yang datang dari permukaan bumi. Selanjutnya Rasulullah pun bersabda: maka dikatakanlah kepada para malaikat: berangkatlah kalian dengannya ke neraka Sijjin. {Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai hadits no. 2872}
Nabi SAW telah bersabda:
"Sesungguhnya orang yang telah meninggal akan didatangi malaikat. Ketika seorang yang shaleh, maka para malaikat itu akan berkata: Keluarlah engkau wahai jiwa mewangi yang ada dalam jasad yang mewangi. Keluarlah engkau dengan segala pujian dan berbahagialah engkau dengan ruh dan bau yang mewangi, karena Tuhan tidak murka kepadamu.
Rasul SAW bersabda: yang demikian itu akan senantiasa diucapkan terus menerus, sampai ruh itu keluar, kemudian dibawa naik oleh malaikat ke langit. Lalu malaikat pun memohon untuk dibukakan untuk ruh itu segala pintu langit.
Ditanyakan kepada malaikat pembawa ruh: Siapa ini?
Malaikat menjawab: Fulan.
Para penghuni langit pun berkata: Selamat datang wahai jiwa yang mewangi yang ada di jasad nan mewangi. Masuklah engkau dengan segala pujian dan berbahagialah engaku dengan ruh dan bau ang mewangi, karena Tuhan tidak murka (kepadamu).
Nabi SAW bersabda: Yang demikian itu akan selalu diucapkan oleh para penghuni langit secara terus menerus sampai para malaikat selesai membawanya ke langit, dimana Allah ada di sana.
Dan jika ia adalah orang yang jahat, maka berkatalah para penghuni langit kepadanya: Keluarlah engkau wahai jiwa yang menjijikan yang ada dalam jasad yang menjijikan. Keluarlah engkau dengan segala celaan dan berbahagialah dengan segala siksaan dan derita.
Yang demikian itu akan selalu diucapkan terus menerus, sampai kemudian malaikat membawanya ke langit dan memohon untuk dibukakan pintu langit untuk ruh itu.
Ditanyakan kepada malaikat pembawa ruh: Siapakah ini?
Malaikat itu menjawab: Fulan.
Dikatakanlah kepada ruh itu: Tidak ada ucapan selamat datang untuk jiwa yang menjijikan. Kembalilah kamu dengan segala celaan, karena pintu langit tidak akan dibukakan untukmu.
Maka dikirimlah kembali ruh itu dari langit ke kubur." {Hadits diriwayatkan oleh Ahmad}.
Dari Aisyah: Telah bersabda Rasulullah saw: "Baransiapa senang berjumpa dengan Allah, maka Allah pun akan senang berjumpa dengannya dan barangsiapa benci berjumpa dengan Allah, maka Allah pun akan benci berjumpa dengannya."
Maka saya pun berkata: Wahai Nabi Allah, apakah yang dimaksud dengan benci bertemu Allah itu kematian? Karena setiap dari kita adalah benci dengan kematiaan. Rasulullah menjawab: Bukan itu yang saya maksud, yang saya maksud adalah orang mukmin itu ketika diberi berita gembira dengan rahmat, keridhaan dan surga Allah, ia akan senang untuk berjumpa dengan Allah dan Allah pun akan senang berjumpa dengannya, sementara orang-orang kafir ketika ia diberi berita gembira dengan adzab dan kemurkaan Allah, ia akan benci berjumpa dengan Allah, sehingga Allah pun benci berjumpa dengan mereka. {Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim}.
Seperti itulah makna dari kematian, dimana kita semua akan menghadapinya suatu saat nanti dengan pasti. Semoga kita tidak lalai dalam mengingat kematian dan terus bisa mempersiapkan diri sebelum menghadapinya.
Comments
Post a Comment